Senin, 28 Juli 2008

HADIAH

Dini dan Dono adalah pasangan baru yang hidupnya pas-pasan. Bak dongeng, meski kondisi kesehariannya serba sederhana, mereka mengaku kaya akan cinta. Tak mau kalah dengan gaya hidup orang kota besar, hari Valentine lalu juga mereka rayakan dengan saling tukar kado. Semula Dini ragu hadiah apa yang akan diberikan kepada Dono. Akhirnya diputuskan, rantai arloji tangan untuk menggantikan milik suaminya yang sudah putus. Lantaran tak punya duit, Dini memilih jalan nekad. Ia sengaja memotong rambutnya yang panjangnya sampai lutut dan menjualnya. Dari hasil berjualan rambut ia bisa membeli rantai arloji.

Wanita semampai ini pulang ke rumah dengan penuh harap. Dono pasti senang karena aroji satu-satunya hadiah perkawinan yang masih tersisa akan bisa dipakai lagi. Padahal sesungguhnya hatinya gundah. Selama ini Dono amat mengagumi rambutnya yang panjang dan indah itu. Kecewakah Dono lantaran ia memotong rambutnya?

Dini terkejut mendapati sang suami sudah pulang terlebih dulu dan menunggunya di ruang tamu. Tangan Dono menggenggam bungkusan kado yang siap diberikan kepada istri tercinta. Sesaat ia terkesima melihat rambut istrinya terpotong pendek. Meski tak ngomong sepatah pun, wajah pria ini menyiratkan rasa kecewa. Ia lantas menyorongkan kadonya ke hadapan sang istri. Ketika membuka bungkusan itu, mata Dini terbelalak. Sekejab air matanya berlinangan. Di dalam kotak tampak sebuah sisir lipat model baru warna perak yang amat cocok untuk rambut panjangnya. Sebaliknya, begitu Dono membuka dan melihat hadiah dari sang istri, ia terperangah, oh! Sebuah rantai jam cantik berlapis emas, cocok untuk arlojinya. Sesaat kemudian Dini mengetahui bahwa Dono telah menggadaikan arlojinya agar ia mendapat uang untuk membeli sisir.

Ralph Waldo Emerson (1803-1882), pengarang dan filsuf kenamaan AS pernah mengatakan, "Cincin dan permata bukan hadiah tapi hanya apologia dari sebuah hadiah. Karena hadiah sejati yang mestinya kau berikan adalah bagian dari dirimu."

Tidak ada komentar: