Rabu, 23 Juli 2008

CELENGAN ATM


Seorang bapak terheran-heran ketika diajak anaknya masuk ke sebuah anjungan tunai mandiri (ATM). Ia memperhatikan dengan saksama polah tingkah anaknya yang sudah memberinya cucu itu. Tak seberapa lama, mesin itu mengeluarkan tiga lembar uang kertas bernominal Rp 100.000,-.

"Mesin ini bisa mengeluarkan uang ya, Le?"

"Iya, Pak," jawab sang anak.

"Kenapa tidak mengambil uang yang banyak sekalian?" tanya si bapak lugu.

Bapak yang berasal dari kampung itu seumur-umur baru sekali itu masuk ke ruang ATM. Dia takjub melihat kotak ajaib yang dapat mengeluarkan uang setelah dipencet-pencet. Dalam hatinya, kalau uang bisa keluar dengan memencet-mencet tombol dan memasukkan kartu plastik, mengapa tidak ambil sebanyak-banyaknya?

Di Indonesia, penyebaran ATM memang belum merata sampai ke pelosok - katakanlah - kecamatan. Jadi, wajar saja kalau ada orang yang belum paham soal fungsi ATM. ATM sendiri merupakan anak kandung abad ke-20. Masih relatif baru. Adalah Luther George Simjian, kelahiran Turki, yang menggagas mesin pemberi uang ini pada 28 Januari 1905.

Simjian yang datang ke Amerika saat berusia 15 tahun (sendirian pula!) ini awalnya bekerja sebagai juru foto di New Haven, Connecticut. Mulanya, ia ingin belajar kedokteran, tapi ketika Yale University memberinya pekerjaan di laboratorium fotografi pada sekolah kedokterannya, ia pun berubah niat. Tahun 1928 saat berusia 28 tahun, ia sudah menjadi kepala laboratorium fotografi itu.

ATM pertama dibuat Simjian pada 1939 dan ditawarkan ke sebuah bank yang sekarang berkembang menjadi Citicorp. Selama enam bulan percobaan, bank ini melaporkan bahwa hanya sedikit orang yang mau memanfaatkan alat ini. Mereka itu dari kalangan wanita pekerja seks dan penjudi yang tidak mau bertatap muka dengan kasir. ATM made by Simjian pun gagal meraih popularitas.

Tiga puluh tahun kemudian, di benak Don Wetzel yang sedang mengantre di sebuah bank di Dallas terpikir akan sebuah mesin pemberi uang yang mengurangi antrean seperti yang sedang dilakukannya. Wakil presiden bagian perencanaan produk Docutel, sebuah perusahaan yang mengembangkan peralatan penanganan bagasi secara otomatis ini segera mengontak dua temannya, Tom Barnes yang insinyur mesin dan George Chastasin yang insinyur listrik. Menghabiskan biaya AS $ 5 juta, prototipe ATM selesai dikerjakan tahun 1969.

ATM modern pertama ini dipasang di dinding luar bank Chemical Bank di Rockville Center, New York. Benar-benar di luar dan hanya dilindungi kanopi. Sayangnya, pemasangan kanopi ini terlalu tinggi. Begitu hujan, air pun ikut-ikutan "mau ambil" uang. Akibatnya, mesin itu rusak dan perlu biaya mahal untuk perbaikan.

Kala itu ATM baru berfungsi sebagai sekadar celengan sehingga belum online dengan sistem komputer bank. Karena tidak secara langsung didebet dari rekening pemiliknya, maka kartu ATM kala itu hanya diberikan kepada pemegang kartu kredit yang memiliki jejak bagus dalam catatan pembayarannnya. Tahun 1971 barulah dibuat ATM yang seperti kita kenal sekarang ini, yaitu dapat melakukan transfer dan pembayaran.

Tahun 1973 permohonan hak paten atas ATM oleh ketiga orang itu dikabulkan. Kartu ATM saat itu sudah memiliki strip magnetik dan identitas pribadi untuk menarik uang. Sebuah kemajuan yang berarti mengingat kartu kredit yang sudah berkembang saat itu masih polos alias tanpa strip magnetik.

Saat ini, "uang plastik" ini sudah hampir dipastikan mengisi kantung dompet setiap orang. Cuma, kemampuan mengeruk uangnya berbeda-beda. xixixixi....

Tidak ada komentar: